|
Dahlan Iskan |
Disaat baru memulai karirnya menjadi wartawan dan menjadi kepala biro Tempo wilayah Surabaya, Eric Samola tiba-tiba bertanya pada Dahlan: “Kalau saya tunjuk Anda jadi pimpinan Jawa Pos, siap nggak?”
Jangan bayangkan Jawa Pos tahun 1983 itu seperti Jawa Pos yang sekarang kita kenal sebagai salah satu jaringan media terbesar di Indonesia. Jawa Pos saat diserahkan ke Dahlan 30 tahun yang lalu itu hanya punya oplah 6.800 eksemplar dengan 2.400 pelanggan, sisanya dibagikan gratis ke instansi dan kantor-kantor. Koran yang nyaris bangkrut. Sementara kompetitor utamanya adalah Surabaya Pos dengan oplah mencapai 200.000 eksemplar. Seperti semut melawan Mad Dog.
Kalau kemudian sejarah mencatat anak muda bernama Dahlan menjawab “siap!”, kita bisa menilai betapa nekadnya dia. Tapi sejarah juga kemudian mencatat, anak buruh tani yang drop out kuliah itu dengan kerja kerasnya mampu melipatgandakan oplah Jawa Pos menjadi 150.000 eksemplar hanya dalam 5 tahun. Membicarakan Jawa Pos hari ini berarti kita membicarakan salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia. Tidak kurang dari 207 koran, 65 percetakan, 42 stasiun TV lokal, jaringan pemberitaan, pabrik kertas, percetakan raksasa, pembangkit listrik hingga belasan gedung perkantoran.
Disaat sedang jaya-jayanya membangun Jawa Pos, Dahlan ternyata tak mampu menolak saat dirayu Gubernur Jawa Timur saat itu untuk menyelamatkan BUMD Jatim yang rugi terus menerus dan membebani keuangan daerah.
Kalau kemudian Dahlan bersedia mengurangi waktu istirahatnya demi mengurusi perusahaan yang sedang koma, kita bisa menyebut Dahlan sedang cari masalah. Holding BUMD Jatim dengan nama Panca Wira Usaha (PWU) waktu itu adalah kumpulan perusahaan daerah yang lebih banyak masalah daripada potensinya. Asetnya hanya uang cashflow Rp 3 milyar dan utang anak perusahaan yang jumlahnya lebih dari aset yang ada. Dari 18 perusahaan yang ada di bawah PWU, hampir 90% rugi besar.
Tapi lagi-lagi Dahlan ditengah kesibukannya mengurus Jawa Pos berhasil mengentaskan PWU dari kedhuafaan. Dari hasil audit, aset PWU tahun 2010 telah mencapai Rp 130 milyar, dengan tiga proyek besar yang dibangun, yaitu Gedung Jatim Expo, pabrik karet, dan Lamongan Shorebase. ”Tiga proyek besar ini menjadikan PWU meraup keuntungan usaha cukup tinggi. Itulah karya Pak Dahlan,” tutur Arif Afandi, Dirut PT PWU sekarang. Dahlan memang mundur dari PWU sejak diangkat menjadi Dirut PLN.
Tantangan berat yang kemudian juga diambil Dahlan adalah saat beberapa perkumpulan Barongsai memintanya menjadi ketua mereka. Disaat Dahlan bisa memilih utk mengurusi olahraga populer dan nyaman seperti bulu tangkis, basket atau silat, dia memilih mengiyakan permintaan masyarakat Barongsai itu. Padahal waktu itu organisasi barongsai diwarnai pertikaian antar perkumpulan dan aliran barongsai. Semua dipicu tawuran yang kerap terjadi pada kejuaran barongsai. Cara Dahlan menyelesaikan perpecahan itu simple dan langsung menghunjam pusat masalahnya. Dahlan menyekolahkan juri-juri barongsai dengan standar internasional. Dengan juri yang kredible, tawuran hilang. Beberapa kali anggota FOBI menjadi juara dan dan mendapat medali pada kejuaraan internasional. Dan puncaknya, setelah berjuang selama 12 tahun, pada 11 Juni 2013, Federasi Olahraga Barongsai Indonesia akhirnya resmi masuk KONI.
Hanya orang ‘gila’ yang menukar kebebasannya pensiun sehabis sakit keras dengan menjadi Dirut PLN. Disaat Dahlan bisa memilih menikmati waktu bersama cucu dan mengurus pesantren keluarga, Dahlan menerima tanggung jawab mengurusi sebuah perusahaan raksasa. PLN tahun 2009 adalah “gajah bengkak yang masuk ICU”. Bengkak dengan 45 juta pelanggan dengan pelayanan yang jauh dari kata memuaskan. Pemadaman listrik terjadi di seluruh Indonesia bahkan di ibukota Jakarta. Jakarta pernah krisis listrik selama 3 bulan akibat gardu cawang yang meledak karena tidak ada trafo cadangan! Ribuan trafo PLN bunting dan siap meledak di seluruh Indonesia dan PLN tidak punya trafo cadangan!
Disaat Dahlan bisa saja bersantai di rumah, dia memilih keliling Indonesia membenahi satu persatu masalah PLN. Memilih dicaci maki daripada melihat ekonomi berjalan lambat karena krisis listrik. Dicaci maki bukan hanya oleh pelanggan tapi juga oleh pegawainya sendiri sejak pertama kali masuk kantor. SP PLN melakukan demo besar-besar menolak orang luar yang dianggap tidak tahu listrik. Dahlan tetap tenang dan terus bekerja. Pembangunan puluhan pembangkit yang mandek diterobos dan dipercepat. Trafo-trafo cadangan dibeli dengan harga 60% lebih murah dari sebelumnya. Listrik pra bayar di luncurkan. Daftar tunggu pemasangan listrik dihabiskan. Biaya pemasangan listrik diminimalkan. Lampu-lampu tol diganti dengan tenaga surya. Pembangkit BBM yang boros mulai dimatikan dan diganti CNG. Pembayaran tagihan listrik dimodernkan, kita tidak perlu lagi antri di kantor PLN. Sistem anti korupsi di bangun dengan menggandeng KPK, BPK dan BPKP. PLN adalah insitusi pemerintah pertama yang setiap transaksinya online dengan KPK.
Sayangnya, hanya 22 bulan Dahlan memimpin PLN. Beberapa daerah masih mengalami krisis listrik. Dahlan memang mentargetkan membereskan PLN dalam tiga tahun, tapi belum genap 2 tahun tantangan yang lebih berat lagi dia terima. Mengembalikan fitrah BUMN sebagai penyumbang pendapatan negara, bukan sebaliknya. Menjadi menteri BUMN. Lulusan pesantren mengelola aset lebih dari 3000 triliun. Ada 141 BUMN dengan lebih dari 400 anak dan cucu perusahaan yang menunggu dibangkitkan.
Tantangan super berat ini kembali diterima oleh Dahlan dan hebatnya perjuangannya menunjukkan hasil. Setahun setelah menjadi menteri, 10 BUMN yang tahun sebelumnya merugi langsung menangguk keuntungan. Secara fisik dalam 2 tahun kepemimpinannya pembangunan infrastruktur dipercepat. 4 bandara baru selesai dibangun. Dimulai dari Kuala Namu, New Ngurah Rai, T2 Juanda dan Sepinggan. T3 Ultimate Soekarno Hatta menyusul tahun ini. Tol Bali Mandara diselesaikan dalam 14 bulan. Tol Sumatera dipecahkan kebuntuannya dan tinggal menunggu perpres. Pelabuhan-pelabuhan diperbesar kapasitasnya untuk mendukung konsep pendulum nusantara. Industri-industri baru dibangun: oleokimia Sumatera, biethanol Mojokerto, alumina Kalbar, godorukem Pemalang, rare earth Bangka, industri sagu di Papua, Radioisotop di Serpong dan lain sebagainya. Ketahanan nasional dibangun dengan penguatan BUMN-BUMN strategis. PT Dirgantara Indonesia, Pindad, PT Pal berlomba menyediakan alutsista TNI. Ketahanan pangan juga digalakkan dengan mendukung berbagai usaha swasembada pangan. Ada food estate, sorgum, sapi kombong, membranisasi garam, kedelai grobogan dan lain-lain. BUMN-BUMN diarahkan tidak hanya menjadi jago kandang, lalu mulai berekspansi ke luar negeri. Untuk pertama kalinya Pertamina masuk Fortune 500, Garuda Indonesia menjadi maskapai ekonomi terbaik dunia, dan Semen Indonesia menjadi yang terbesar di Asean.
Dengan rekam jejak panjang 30 tahun memperbaiki berbagai organisasi yang nyaris karam itu, rasanya tidak salah kalo kita bisa berharap pada Dahlan. Berikan Dahlan kapal pecah, dia akan membereskannya dan membawanya melaju kenjang menembus badai. Tapi mendengar kabar Dahlan Iskan akan resmi bergabung dengan Partai Demokrat tetap saja membuat kita terkejut. Mengapa Dahlan memilih Demokrat dibanding partai lain yang meskipun sama-sama korup citranya masih lebih baik?
“Negara kita yang berbhinneka tunggal ika dengan kemajukan yang luar biasa membutuhkan partai tengah yang kuat. Disaat semua partai kondisinya sama (korupsinya), Demokrat relatif lebih mudah diperbaiki karena masih baru.” Kata Dahlan menjawab pertanyaan relawannya.
Membayangkan Dahlan berusaha memperbaiki partai tengah yang lain, yang punya figur sentral dengan kekuasaan nyaris absolut, atau partai tengah dengan sistem dan budaya yang mengakar sejak orde baru, pilihan bergabung dengan partai Demokrat yang masih kanak-kanak menjadi masuk akal.
Tapi tetap saja keputusan ini sulit diterima para pendukung Dahlan. Dahlanis mungkin lupa bahwa Dahlan Iskan dari 30 tahun yang lalu memang punya rekam jejak karakter seperti ini. Seorang risk taker bukan safety player. Itulah yang menjadi kunci kesuksesannya. Sekali meyakini sesuatu, dia akan bekerja sangat keras untuk mewujudkannya. Tidak pernah takut dengan tantangan seberat apapun. Tak takut dengan koran yang mau bangkrut, tak takut dengan PLN yang sedang remuk, tak takut dengan BUMN yang dibombardir intervensi. Optimisme yang sama harusnya ada saat Dahlan memilih untuk memasuki sebuah kapal pecah bernama Partai Demokrat.
Atau jangan-jangan masuk Demokrat karena ambisinya jadi Presiden? Kita bisa mengesampingkan pertanyaan itu karena Dahlan memutuskan masuk demokrat disaat belum pasti menjadi pemenang konvensi. Artinya, bersedia menjadi kader Demokrat tanpa ada jaminan menjadi capres. Artinya ada misi lain yang lebih luas dari sekedar menjadi presiden. Ada secercah harapan pada langkah ini. Harapan akan semakin banyak orang-orang baik yang mau mengurusi partai, agar partai politik tidak penuhi orang-orang jahat.
“Nahkoda sejati adalah nahkoda yang mampu mengendalikan bahtera saat dihantam badai” kata Dahlan Iskan pada berbagai kesempatan. Jalan hidupnya memang penuh tantangan dan sejauh ini dia sukses mengatasi badai-badai itu. “Hidup itu mengalir saja seperti air, tapi kalo bisa yang deras”. Mungkin itu yang membuatnya selalu memilih jalan terjal dan menantang, dibanding jalan landai yang aman nyaman.
Berlian terbaik adalah batu yang mendapat tekanan terberat. Selamat berjuang Pak Dahlan. Semoga niat baikmu tetap terjaga. Kami para Dahlanis ingin engkau menjadi sopir kami, kalau kendaraannya bernama Demokrat, kami pun akan menaiki kendaraan itu. Karena sopir nggak bisa bekerja tanpa ada kendaraan.Kami percaya Anda bisa menjadi sopir yang baik yang akan menjaga kami dengan cekatan agar selamat sampai tujuan.
Dahlan Iskan Yes! Demokrat Yes! Demi kapal pecah berikutnya bernama Indonesia.